HATI ADALAH CAHAYA





Bangsa ini dengan bangganya selalu menyatakan diri sebagai bangsa yang religius, banyak sekali rumah2 ibadat berbagai agama berdiri, jauh lebih banyak daripada rumah sakit ataupun panti sosial. Setiap hari, setiap minggu, orang berduyun-duyun untuk sembahyang di masjid2, gereja, ataupun kuil2 pemujaan. Namun lihat apa yang terjadi, kebobrokan moral dan mental ada di mana-mana. Korupsi dan kejahatan setiap hari terjadi di negri ini. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Apakah agama telah gagal membangun moralitas di negri ini?

Agama bisa dikatakan gagal karena ternyata tidak sanggup membangun akhlak yang baik bagi masyarakat, namun agama bisa dikatakan tidak gagal karena sebenarnya bukan ajaran agama yang merusak akhlak, tapi persepsi manusia terhadap agama itu sendiri yang salah sehingga tidak memberi dampak positif bagi pemeluknya.

Agama  diyakini sebagai Firman Tuhan yang berisi aturan-aturan penuntun bagi pemeluknya dalam mengenal kehendak Tuhan atas manusia. Jadi agama adalah alat ataupun jalan untuk menuju kepada kodrat manusia yang sesungguhnya, yaitu suci seperti halnya Tuhan itu suci. Namun pada kenyataannya manusia lebih menempatkan agama sebagai tujuan dari pada jalan. Sesungguhnya ajaran agama itu di berikan untuk kepentingan manusia, bukan manusia untuk agama!. Sepanjang sejarah, orang yang membunuh dengan mengatas namakan agama adalah salah satu contoh bahwa orang itu tidak mengerti kehendak Allah yang sesungguhnya.

AGAMA ITU BAGAIKAN OBAT

Setiap manusia adalah berharga di mata Allah dan layak untuk di selamatkan. Agama di berikan adalah untuk orang2 berdosa, dan kita semua berdosa, orang suci tidak perlu agama (in fact tidak ada orang  yg 100% suci). Ibarat obat,  yang di peruntukkan bagi orang sakit saja. Jadi ketika ada orang yang sakit, maka sebaiknya di obati, bukan di bunuh ataupun di asingkan.

AGAMA ITU BAGAIKAN SEORANG IBU

Seorang ibu membesarkan anaknya, memberi tahu mana yang baik, mana yang buruk, dan menjauhkan si anak dari bahaya, hingga si anak bisa mandiri dan berkarya bagi masyarakatnya. Begitu juga agama, manusia di tuntun untuk mengenal mana yang boleh, mana yang tidak, mana yang baik, mana yang buruk, sehingga hukum/aturan2 itu akan tertanam dalam hatinya dan ia menjadi yang di sebut manusia berahlak baik/manusia benar. Kesalahan fatal bagi kebanyakan orang adalah ia menjadi terlena dan tidak mau mandiri, dan selalu menjadi anak “mama”, sehingga ia lupa akan hakikat sebenarnya dari beragama. Agama di jadikan rutinitas dan formalitas belaka dan tidak menyentuh ke hati nurani. Doa-doa hanya sebatas di mulut saja dan tidak berangkat dari hati. Doa diubah menjadi mantra hafalan yang tidak dimengerti. Ketika menghadapi suatu situasi ia tidak mencari jawabnya ke hati, sehingga hati menjadi tidak berarti lagi.

AKHLAK YANG BAIK

Seperti apakah manusia yang di sebut sebagai berakhlak baik, atau berhati nurani baik? Apakah mereka yang taat agama dan yang rajin beribadah? Yang rajin bersedekah? Yang hafal ayat2 kitab suci? BUKAN!!!


Selama manusia masih melakukan kebaikan hanya karena hal itu di perintahkan oleh agama maka orang itu belumlah di sebut sebagai orang benar. Selama orang berbuat baik karena takut akan hukuman maka orang itu belumlah di sebut orang benar.

Orang yang benar di mata Allah (berakhlak baik) adalah orang yang melakukan kebaikan yang keluar dari hati nuraninya, dan bukan berasal dari luar dirinya (di suruh, di perintah, takut dosa,dsb).

Namun tahap taat agama adalah tahap yang harus di lalui oleh setiap orang untuk dapat menuju ke tahap selanjutnya, namun tahap itu bukanlah tahap yang menjadikan manusia di sebut “manusia benar/hidup”, dan bukan tahap yg final dalam kehidupan manusia.

Hati nurani sesungguhnya adalah tempat bagi Allah dalam setiap manusia, dan suara hati adalah suara Allah yang berbisik kepada manusia, jika hati itu telah mati, jika suara itu tidak lagi terdengar, maka iblislah yang akan menguasai hati dan pikiran manusia.

Betapa sedihnya seorang “ibu” jika anak yang di besarkannya harus berakhir di penjara, betapa sedihnya seorang ibu jika anak yang di besarkannya berakhir di neraka.

Jadi, jagalah hati sebaik-baiknya, karena hati adalah cahaya yang menerangi yang gelap. 

 Jika  tempat seharusnya terang itu telah menjadi menjadi gelap, bagaimana jadinya dengan tempat yang gelap?!

Salam!