OMNIPOTENT OF GOD (Part 2)

  1. Kenapa Allah yang Maha-tahu/omniscient itu tidak mencegah ketika Adam melanggar perintahnya? Kenapa Allah yg Maha tahu itu membuat rancangan yang demikian? Apakah rancangan Allah memang begitu dari semula? Bahwa Ia tahu Adam akan melanggar laranganNya? Bahwa iblis akan berhasil membujuk Hawa? Bahwa dunia akan seperti sekarang adanya?
  2. Dan kenapa Allah yang Maha pengampun (oft-forgiving) itu tidak mengampuni saja perbuatan mereka? Toh itu baru pertama kali pelanggaran yang mereka buat. Bukannya harus 7x70 kali mengampuni.
Menurut saya semua itu berawal dari salah paham arti ke Maha-an Allah (Omni X). Karena ketakutan terjerumus dalam “menghujat Allah”, maka orang tidak bisa berpikir jernih. Pokoknya kalau ada yang lebih canggih maka itu di masukkan semua ke dalam ke Maha-an ini.
Allah Maha tahu/omniscient/all-knowing di pahami bahwa Allah itu mau tidak mau harus tahu (must) segala yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi (atau yang tdk terjadi) dalam semua perkara kecil maupun besar. Itulah Maha tahu yang di percaya harus dimiliki oleh Allah setiap saat. Tetapi jangan lupa bahwa Allah itu juga Maha pengampun/oft-forgiving. Apakah ini berarti bahwa dengan predikat ini Allah lalu otomatis mengampuni  perkara dosa kecil maupun besar, kapanpun (bahkan yg belum terjadi), di manapun tanpa di minta? Kenyataannya tidaklah demikian. Banyak hukuman yang telah di jatuhkan kepada manusia. Dari jaman Adam, pemusnahan di jaman Nuh, dan lainnya.

Menurut saya, ke-MAHA-tahuan (omniscient) Allah adalah tidak terlepas dari kehendak Allah itu sendiri. Begitu juga dengan predikat Maha pengampun, Kalau Allah berkehendak untuk mengetahui sesuatu, pastilah tidak ada yang tidak bisa ketahui olehNya ataupun di ampuniNya. Lalu kenapa Adam di biarkan saja melanggar laranganNya? Itupun sudah di jelaskan oleh Yesus dlm beberapa perumpamaan tentang peristiwa di Kerajaan Allah  (Mat 21:33-39, Mat 13:24-30) dimana di katakan bahwa Allah sedang pergi ke negeri yang jauh", atau sedang “tidur” (perhatikan tanda kutip), yang pada maksudnya adalah Eden sedang tidak dalam perhatianNya. Dan kalau kita membaca bagaimana Hawa dgn mudahnya dapat di bujuk oleh omong kosong murahan dari iblis, dapat di mengerti bahwa sebagai manusia pertama, Adam dan Hawa masih cenderung lugu, belum pengalaman dengan  apa yg bisa di lakukan oleh kebusukan tipu daya iblis. Di tambah lagi pengetahuan baik dan jahat tidak ada padanya, walaupun di katakan bahwa ia di ciptakan baik adanya. Tapi apakah mereka sempurna? I don’t think so…..Kekuatan iblis yang cerdik dan dahsyat juga jauh lebih pengalaman itu mampu mengalahkan Adam dan Hawa dengan begitu mudahnya. (walaupun peristiwa di taman Eden tidak harus di tafsirkan seperti sebuah cerita apa adanya)

Sungguh, kalau kita memandang arti ke Maha-an Allah (The Omni-potential of God) tidak secara benar, maka seluruh isi Alkitab menjadi seperti sandiwara  belaka, dan kita hanya mengagumi kabut, bukan yang ada di baliknya. Tapi dgn menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, maka niscaya kita akan menangkap dengan lebih baik makna yang sebenarnya dari Firman Allah di Alkitab, dan tidak harus mencari penjelasan yang di cari-cari dan tidak mengena pada pesan sebenarnya yang mau di sampaikan. Menempatkan sesuatu pada tempatnya bukanlah berarti bermaksud menghujat, atau mengurangi ke besaranNya, tapi melihat sesuatu dengan jernih tanpa bias sehingga tidak tertipu oleh euphoria palsu.


Some modern theologians argue that God's omniscience is inherent rather than total
inherent omniscience - the ability to know anything that one chooses to know and can be known.