ORANG GUNUNG DAN ORANG PANTAI

Ada sekelompok orang dalam suku terpencil yang tinggal di daerah pantai.  Kehidupan sehari-harinya adalah menangkap ikan. Laut dan pantai adalah dua pemandangan yang sangat di kenalnya. Sebagian besar hidupnya di habiskan untuk melaut.

Pada suatu hari datanglah beberapa orang asing ke daerah tersebut dengan mengendarai harimau loreng, dan gajah jantan. Mereka di sambut dengan curiga dan heran oleh masyarakat pantai itu. Orang-orang itu memperkenalkan dirinya sebagai “orang-orang atas”, karena mereka berasal dari lereng gunung yang jauh dari pantai itu. Dengan membawa beberapa bakul buah-buahan beraneka ragam dan beberapa potong daging buruan, mereka bermaksud untuk menukarkannya dengan beberapa bakul ikan. Orang-orang pantai yang belum pernah melihat berbagai buah-buahan dan daging buruan itu tentu saja tertarik dan setuju untuk mengadakan pertukaran.



Setelah pertukaran terjadi dan waktunya sudah siang menjelang sore, maka orang-orang atas itu berpamitan untuk kembali ke daerah asalnya. Sebelum mereka berangkat, tiba-tiba ada seorang dari orang-orang pantai itu berseru : “Tunggu dulu saudaraku, sebelum kalian pergi, sudilah kiranya menceritakan pada kami, seperti apa daerah asal kalian?”. Maka orang-orang atas itu tinggal sejenak untuk bercerita. “Sesungguhnya, daerah asal kami adalah sangat indah dan sejuk udaranya. Kami tinggal di daerah atas yang kami sebut dengan “Gunung”. Di mana air segar mengalir sepanjang masa untuk minuman kami. Kami tidak bisa menceritakan dengan kata-kata, sebaiknya sekali waktu berkunjunglah ke tempat kami tinggal. Karena sekarang kami harus cepat berangkat sebelum senja tiba. Orang pantai : Di manakah itu? Agar kami dapat mengunjungimu?”
Orang atas : “Berjalanlah kearah matahari terbit kira-kira 3 hari perjalanan kaki dari sini, sesudah itu kamu akan melihat tempat di mana air di jatuhkan dari tempat yang tinggi. Menghadaplah ke kiri, dan kamu akan melihat tempat dimana kami tinggal.” Setelah itu berangkatlah orang-orang atas tersebut untuk pulang ke daerah asalnya.

Kira-kira seminggu setelah itu, beberapa orang pantai berkumpul membicarakan rencana mereka untuk melihat seperti apa gunung itu. Setelah mereka mempersiapkan bekal yang di perlukan, berangkatlah mereka kearah matahari terbit. Ini adalah perjalanan pertama mereka yang cukup jauh meningalkan pantai, menembus hutan rimba. Di perjalanan mereka menemukan pohon buah-buahan yang belum pernah mereka rasakan. Ini menjadi perjalanan yang sangat menggembirakan bagi mereka. Setelah tiga hari berjalan, mereka bertemu dengan apa yang di gambarkan sebagai “air yang dijatuhkan dari tempat tinggi. Mereka mandi di sana dan merasakan betapa sejuknya air itu. Berbeda dgn air laut yg asin dan lengket.
Setelah mereka selesai mandi dan bermain air itu, mereka kemudian teringat bahwa untuk bisa melihat gunung , mereka harus menghadap ke kiri dari  arah pandangan matahari terbit. Waktu itu hari sudah hampir senja, dan ketika mereka melihat ke kiri, mereka takjub akan pemandangan yang di lihatnya. Wah, ternyata memang luar biasa tempat tinggal mereka, kata mereka dalam hati. Lalu mereka berjalan kearah gunung itu sambil berteriak-teriak memanggil orang-orang yg tinggal di sana, tapi tidak mendapat satupun jawaban. Hanya gema dan suara burung yg aneh yg membalas seruan mereka. Setelah puas melihat dan sekian lama tidak mendapat jawaban, lalu merekapun memutuskan untuk pulang ke pantai. Dgn hati yang gembira merekapun sampai ke daerah mereka  dan di sambut oleh warga pantai dengan suka cita dan pesta.

Sambil berpesta makan minum, beberapa orang yang tidak sabar memberanikan diri untuk bertanya, “Saudaraku, ceritakanlah pada kami seperti apa gunung itu, agar kamipun dapat bercerita kepada anak-anak kami kelak. Lalu berceritalah orang itu : “Dengarkanlah saudaraku, aku sangat beruntung dapat melihat gunung dengan mata kepalaku sendiri, memang sulit untuk mengatakan dengan kata-kata, tapi akan aku coba menceritakan kepadamu. Sesungguhnya gunung itu seperti gumpalan halus berwarna putih yang sangat besar, yang selalu bergerak ke sana kemari dengan sendirinya,  seolah hidup. Seperti tempat tinggal dewa-dewa di atas sana. Ada beberapa pulau yang mengambang di atasnya. Benar-benar sejuk sekali udara dan air disana. Tapi kami tidak menemukan seorangpun yang tinggal disana, mungkin karena mata kami jadi tidak bisa melihat jauh. Seakan gunung itu menyelimuti kami, tanahpun terlihat putih bersih dan empuk. Begitulah gunung itu, tidak mungkin bagi kami untuk melihat bagaimana orang-orang di sana tinggal, mungkin hanya kalangan mereka saja yang dapat saling melihat dengan jelas.


Begitulah cerita itu lalu tersebar dari mulut ke mulut, dan menjadi cerita turun-temurun di kalangan mereka, dan tak seorangpun berani menyangkalnya, karena setiap ada orang yang pergi ke gunung dan pulang membawa cerita yang berbeda, mereka pasti di usir dari situ, dan tidak di akui lagi sebagai warga.


Tahukah anda arti dari cerita perumpamaan di atas?